Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS)
Bekasi, lookworldid ~ Sekolah Tinggi Teknik PLN (STT PLN) menyelenggarakan: “Electricity Forum 2019”. Kegiatan forum kelistrikan Nasional yang diselenggarakan bersamaan dengan peringatan HUT ke-21 STT PLN tersebut, mengangkat tema: “Inovasi Teknologi Kelistrikan & Kerakyatan Untuk Kemandirian Energi Nasional.”
Acara tersebut berlangsung di Kampus STT PLN, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat, pada 27-28 Maret 2019. Rangkaian kegiatan tersebut meliputi: Pameran, Presentasi Produk dari sejumlah perusahaan di bidang kelistrikan dan juga Job Fair. Kegiatan ini juga menampilkan inovasi Pelet TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) dari STT PLN sebagai bahan baku energi Listrik Kerakyatan.
Model Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) dalam kerangka Listrik Kerakyatan (LK) dapat menjadi alternatif untuk menjawab dilema Tempat Pembuangan Akhir (TPA), karena sampah bisa dijadikan energi listrik di banyak tempat yang dekat dengan sumbernya. Selain bermanfaat bagi lingkungan, TOSS bisa memberikan peluang bisnis dengan pendapatan dari Tipping Fee, pupuk, energi listrik, dan penjualan briket
Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS)
Teknologi Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) adalah suatu tahapan pada metode Listrik Kerakyatan dalam menghasilkan waste briquette sebagai sumber energi melalui proses peyeumisasi untuk menyelesaikan masalah sampah perkotaan dan pemanfaatan waste briquette untuk kebutuhan bahan bakar PLTD di wilayah Rokan Hulu.
Metode :
1. Digester untuk sampah organik
Metode Biodigester adalah proses pengolahan sampah dengan memanfaatkan ruangan kedap udara untuk membuat bakteri-bakteri baik yang mampu mengubah dampak negatif sampah menjadi positif. Bakteri yang dikenal dengan sebutan anaerobic mampu mengolah sampah organik khususnya sisa makanan yang menjadi sumber utama bau sampah. Manfaat Metode Biodigester ini adalah:
a. Menghilangkan bau busuk yang dihasilkan oleh sampah organik yang tidak dikelola
b. Lindi sebagai bahan untuk proses “peuyeumisasi” pembuatan briket, gas methan untuk kompor atau genset, pupuk cair
2. Metode Peyeumisasi
Dalam proses Peuyeumisasi, seluruh sampah, baik organik dan non organik, di satukan dalam suatu wadah bambu untuk kemudian ditutup terpal dengan memanfaatkan bakteri anaerob sehingga sampah tersebut dapat menghasilkan suatu produk briket sampah yang memiliki kadar kalori 2500 - 4000 kkal. Dalam hal ini, ada sirkulasi udara dan penutupan sampah dengan terpal tersebut ditambahkan dengan suatu blower agar mampu menjaga stabilitas suhu wadah pada 60 derajat celcius. Dalam waktu 10 hari (instalasi), maka akan terpisahkan sampah organik dan non organik.
3. Pemanfaatan Waste Briquette/Pellet untuk produksi listrik melalui Gasifikasi
Waste Briquette/Pellet dapat digunakan untuk kebutuhan gasifikasi skala menengah dan perumahan dengan memanfaatkan mesin gasifier (proses Pirolisa). Gas yang dihasilkan (Syngas) setelah mengalami permurnian dapat digunakan sebagai bahan bakar Generator Listrik serta dapat mengganti sumber bahan bakar lain seperti bensin & diesel. Waste briquette/pellet tersebut dapat juga dimanfaatkan untuk kebutuhan campuran dengan batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang menggunakan batu bara sebagai sumber energi. Dengan demikian akan dapat mengurangi penggunaan batubara dan biaya produksi listrik serta waste briquette dapat dipakai sebagai campuran batu bara pada PLTU.
Komentar
Posting Komentar